De-Soekarnoisasi,Soeharto Bunuh Soekarno Di Hati Rakyat


De-Soekarnoisasi, Soeharto 'bunuh' Bung Karno di hati rakyat

Sebagai presiden yang baru dilantik, Soeharto tahu benar siapa sebenarnya pemimpin yang dicintai rakyatnya. Soekarno, dianggap Soeharto sebagai tembok besar yang bisa menghalanginya untuk meraih simpati dan kepercayaan rakyat Indonesia.

Untuk menghancurkan ‘tembok’ besar tersebut, Soeharto perlahan-lahan mereduksi kebesaran Soekarno di hati rakyat Indonesia saat itu. Soekarno ‘dibunuh’ karakternya oleh Soeharto.

“Alasannya mudah saja, di tahun 1965 hingga 1966, Soekarno masih dekat dengan rakyat, masih dielu-elukan rakyat. Untuk meraih kekuasaan selain secara politis, maka sejarah tentang Soekarno juga harus direduksi atau di de Soekarnoisasi,” ujar sejarawan LIPI Asvi Warman Adam saat berbincang dengan merdeka.com, Kamis (20/6). Baca lebih lanjut

Semangat Sang Proklamator Soekarno Dalam Secangkir Kopi Tubruk


Semangat Soekarno dalam secangkir kopi tubruk

Semangat Soekarno dalam secangkir kopi tubruk

Aroma kopi tubruk yang pekat menggelorakan semangat Soekarno muda di Bandung. Di kemudian hari, rasa sedap kopi menemaninya untuk egaliter sebagai penyambung lindah rakyat.

Bandung, akhir Juni 1921. Kota indah dengan benih-benih nasionalisme yang mulai bersemi. Soekarno muda tiba dari Surabaya. Datang untuk menjadi mahasiswa di Technische Hoogeschool te Bandoeng.
Baca lebih lanjut

Soekarno Dan Soeharto : Tak Ada Kata Maaf Untuk Malaysia


Zaman Soekarno dan Soeharto tak ada kata maaf untuk Malaysia

Kebakaran hutan di Riau tak hanya menimbulkan persoalan di dalam negeri. Pasalnya, kabut asap yang membumbung tinggi ke udara juga sampai ke wilayah Singapura dan Malaysia.

Akibatnya, dua negara tetangga itu melancarkan protes kerasnya ke Indonesia. Mereka tak terima wilayahnya disesaki kabut asap hasil kebakaran hutan di Riau.

Hal ini sontak menuai komentar dari berbagai kalangan di Tanah Air. Intinya mereka mengecam protes dari Singapura dan Malaysia.

Sebab, dua negara itu dinilai hanya mau enaknya sendiri. Mereka tak pernah mengucapkan terima kasih atas suplai oksigen yang dihasilkan hutan-hutan di Indonesia. Namun, saat terjadi kebakaran hutan dan terkena polusi asap kedua negara itu getol mempermasalahkan, bukan memberi bantuan.

Namun hal berbeda ditunjukkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Orang nomor satu di Indonesia itu justru secara khusus meminta maaf kepada Singapura dan Malaysia. SBY menegaskan, pemerintah Indonesia akan berupaya untuk menangani kebakaran hutan di wilayah Sumatera yang asapnya sampai ke kedua negara tersebut.

“Meminta maaf dan meminta pengertian saudara-saudara kita di Malaysia dan Singapura. Tentu tidak ada niat dari Indonesia atas apa yang terjadi ini,” kata Presiden SBY dalam keterangan persnya di Kantor Presiden Jakarta, Senin (24/6).

Sikap SBY meminta maaf ke Singapura dan Malaysia langsung menuai pro dan kontra dari berbagai kalangan. Kebanyakan pihak menilai, sikap SBY tersebut seperti menandakan Indonesia lemah di mata Malaysia dan Singapura.
Baca lebih lanjut